Senin, 09 April 2012

Membangun Keluarga Islami

Nikah merupakan sunnah Rasul yang sangat sakral, karenanya nikah juga merupakan ikatan yang sangat kuat yang dalam istilah Al-Qur'an disebut dengan miytsaqon ghaliyzho (QS 4:21) yang kata ini digunakan juga untuk menyebut perjanjian antara para Nabi dengan Allah Swt dalam mengemban perjuangan da'wah (QS 33:7). Oleh karena itu pernikahan dan walimatul arusy harus dilaksanakan yang sesuai dengan ajaran Islam. Karena itu pernikahan jangan sampai dinodai dengan hal-hal yang bernilai maksiat. Sesudah pernikahan berlangsung, kehidupan berumah tanggapun harus dijalani dengan sebaik-baiknya meskipun tantangan dan godaan menjalani kehidupan rumah tangga yang Islami sangat banyak.

Untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang islami, ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian suami dan isteri.



1. Memperkokoh Rasa Cinta.

Cinta merupakan perekat dalam kekokohan kehidupan rumah tangga, bila rasa cinta suami kepada isteri atau sebaliknya telah hilang dari hatinya, maka kehancuran rumah tangga sangat sulit dihindari. Oleh karena itu suasana cinta mencintai harus saling ditumbuh-suburkan atau diperkokoh, tidak hanya pada masa-masa awal kehidupan rumah tangga, tapi juga pada masa-masa selanjutnya hingga suami isteri mencapai masa tua dan menemui kematian.



Rasulullah Saw sebagai seorang suami berhasil membagi dan menumbuh-suburkan rasa cinta kepada semua isterinya sehingga isteri yang satu mengatakan dialah yang paling dicintai oleh Rasul, begitu juga dengan isteri yang lainnya.



Berumah tangga itu diumpamakan seperti orang yang sedang berlayar, ketika pelayaran baru dimulai, kondisi di kapal masih tenang karena disamping penumpangnya betul-betul ingin menikmati pelayaran itu, juga karena belum ada kesulitan, belum ada ombak dan angin kencang yang menerpa, tapi ketika kapal itu telah mencapai lautan yang jauh, barulah terasa ombak besar dan angin yang sangat kencang menerpa, dalam kondisi seperti itu saling mengokohkan rasa cinta antara suami dengan isteri menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menghadapi dan mengatasi terpaan badai kehidupan rumah tangga. Pernikahan dilangsungkan dengan maksud agar lelaki dan wanita yang mengikat hubungan suami isteri dapat memperoleh ketenangan dan rasa cinta. Allah berfirman yang artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menjadikan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS 30:21).



2. Saling Hormat Menghormati.

Saling cinta mencintai itu harus diperkokoh dengan saling hormat menghormati, suami hormat kepada isteri dengan memberikan penghargaan yang wajar terhadap hal-hal baik yang dilakukan isterinya, begitu juga dengan isteri terhadap suaminya dengan menerima apa-apa yang diberikan suami meskipun jumlahnya tidak banyak.



Awal-awal kehidupan rumah tangga selalu dengan masa romantis yang segalanya indah, bahkan adanya kelemahan dan kekurangan tidak terlalu dipersoalkan, romantisme memang membuat penilaian suami terhadap isteri dan isteri terhadap suaminya menjadi sangat subyektif. Tapi ketika rumah tangga berlangsung semakin lama mulailah muncul penilaian yang obyektif dalam arti suami menilai isteri atau isteri menilai suami apa adanya. Dulu ketika masa romantis, kekurangan masing-masing sebenarnya sudah terlihat tapi tidak terlalu dipersoalkan, tapi sekarang kekurangan yang tidak prinsip saja dipersoalkan, dalam kondisi seperti itulah diperlukan konsolidasi hubungan antara suami dan isteri hingga masing-masing menyadari bahwa memang kekurangan itu ada tapi dia juga harus menyadari akan adanya kelebihan.



Dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah Saw, beliau telah mencontohkan kepada kita betapa beliau berlaku baik kepada keluarganya, dalam satu hadits beliau bersabda: Orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik dengan keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku (HR. Thabrani).



3. Saling Menutupi Kekurangan.

Suami dan isteri tentu saja memiliki banyak kekurangan, tidak hanya kekurangan dari segi fisik, tapi juga dari sifat-sifat. Oleh karena itu suami isteri yang baik tentu saja menutupi kekurangan-kekurangan itu yang berarti tidak suka diceriterakan kepada orang lain, termasuk kepada orang tuanya sendiri.



Meskipun demikian dengan maksud untuk konsultasi dan perbaikan atas persoalan keluarga kepada orang yang sangat dipercaya, maka seseorang boleh saja mengungkapkan kekurangan sifat-sifat suami atau isteri.



4. Kerjasama Dalam Keluarga.

Dalam mengarungi kehidupan rumah tangga tentu saja banyak beban yang harus diatasi, misalnya beban ekonomi, dalam hal ini suami harus mencari nafkah dan isteri harus membelanjakannya dengan sebaik-baiknya dalam arti untuk membeli hal-hal yang baik dan tidak boros. Begitu juga dengan tanggung jawab terhadap pendidikan anak yang dalam kaitan ini diperlukan kerjasama yang baik antara suami dan isteri dalam menghasilkan anak-anak yang shaleh. Kerjasama yang baik dalam mendidik anak itu antara lain dalam bentuk sama-sama meningkatkan keshalehan dirinya sebagai orang tua karena mendidik anak itu harus dengan keteladanan yang baik, juga tidak ada kontradiksi antara sikap bapak dengan ibu dalam mendidik anak dan sebagainya. Keharusan kita bekerjasama dalam hal-hal yang baik difirmankan Allah yang artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS 5:2).



5. Memfungsikan Rumah Tangga Secara Optimal.

Masa sesudah menikah juga harus dijalani dengan memfungsikan keluarga seoptimal mungkin sehingga rumah tangga itu tidak sekedar dijadikan seperti terminal dalam arti anggota keluarga menjadikan rumah sekedar untuk singgah sebagaimana terminal, tapi semestinya rumah tangga itu difungsikan sebagai tempat kembali guna menghilangkan rasa penat dan memperbaiki diri dari pengaruh yang tidak baik serta memperkokoh hubungan dengan sesama anggota keluarga.



Oleh karena itu keluarga harus dioptimalkan fungsinya seperti masjid dalam arti rumah difungsikan juga sebagai tempat untuk mengokohkan hubungan dengan Allah Swt dan sesama anggota keluarga sehingga bisa dihindari sikap individual antar sesama anggota keluarga.



Disamping itu rumah juga harus difungsikan seperti madrasah yang anggota keluarganya harus memperoleh ilmu dan pembinaan karakter sehingga suami dan isteri diharapkan berfungsi seperti guru bagi anak-anaknya yang memberikan ilmu dan keteladanan yang baik.

Yang juga penting dalam kehidupan sekarang dan masa mendatang adalah memfungsikan keluarga seperti benteng pertahanan yang memberikan kekuatan pertahanan aqidah dan kepribadian dalam menghadapi godaan-godaan kehidupan yang semakin banyak menjerumuskan manusia ke lembah kehidupan yang bernilai maksiat dalam pandangan Allah dan rasul-Nya.



Mewujudkan rumah tangga yang Islami merupakan sesuatu yang tidak mudah, banyak sekali kendala, baik internal maupun eksternal yang harus dihadapi. Namun harus diingat bahwa kendala yang besar dan banyak itu bukan berarti mewujudkan rumah tangga yang Islam tidak bisa, setiap kita harus yakin akan kemungkinan bisa membentuk rumah tangga yang Islami, kalau kita sudah yakin, maka kita dituntut membuktikan keyakinan itu dengan kesungguhan. Hal ini karena melaksanakan ajaran Islam memang sangat dituntut kesungguhan yang sangat.



Akhirnya untuk meraih kehidupan rumah tangga yang bahagia, ada baiknya kita telaah hadits Rasul saw berikut ini:

Empat perkara yang merupakan dari kebahagian seseorang, yaitu: mempunyai isteri yang shalehah, mempunyai anak yang berbakti, mempunyai teman yang shaleh dan mencari rizki di negerinya sendiri (HR. Dailami dari Ali ra)



Drs. H. Ahmad Yani

Senin, 26 September 2011

KESENANGAN DUNIA SEMENTARA, KENIKMATAN SURGA ABADI


Kesenangan dunia ini sifatnya sementara, karena kesenangan tersebut hanya dapat kita rasakan untuk waktu yang sangat pendek, berbeda dengan kenikmatan di akhirat yang tidak ada akhirnya :

Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal(QS. An-Nahl (16) : 96.

Sesungguhnya ini adala benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya (QS. Shadd (38) : 54).

Buahnya tak habis-habis dan (demikian pula) naungannya (QS. Ar-Ra’d (13) : 35).
Dalam ayat di bawah ini, Alloh member contoh tentang bagaimana cepatnya dunia akan berlalu :

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) : kehidupan dunia adalah bagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Alloh Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. Al-Kahfi (18) : 45-46).

Alloh menyamakan kehidupan di dunia dengan air hujan yang jatuh dari langit yang membuat tanaman-tanaman tumbuh, berbunga, dan menghasilkan buah. Tetapi, hal itu berlangsung singkat sebelum kesemuanya menjadi layu dan dihembus angin. Demikian pula dengan segala yang kita nikmati di dunia ini, seperti kemudaan, kekayaan, anak-anak, sawah, ladang dan perkebunan, semuanya akan berlalu dalam waktu singkat. Kemudaan, kesehatan dan vitalitas akan digantikan oleh penyakit dan ketuaan, kekayaan dan anak-anak bisa lenyap, seorang pria sewaktu-waktu bisa diambil dari keluarganya, tetapi kehidupan di akhirat tidak akan pernah lenyap dan berlalu :

“…..Dan sesungguhnya negeri akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yakni) surga ‘And yang mereka masuk ke dalamnya dan di bawahnya mengalir sungai-sungai…..” (QS. An-Nahl (16) : 30-31).


Sumber : Ensiklopedia Kiamat, Oleh : Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar.

Rabu, 14 September 2011

GAMBARAN MENGENAI PENDUDUK SURGA

Para penghuni surga akan memasuki surga dengan bentuk dan rupa yang paling sempurna dan paling tampan, dalam rupa seperti bapak mereka, Adam a.s., ketika memasuki surga, karena tidak ada manusia yang lebih sempurna dan lebih tampan dari Adam, yang diciptakan Alloh dengan perawakan yang sangat tinggi. Adam sama tingginya dengan sebuah pohon kurma yang besar, yakni setinggi enam puluh hasta. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Alloh telah menciptakan Adam dalam bentuknya tersendiri dengan tinggi enam puluh hasta…. Setiap orang yang memasuki surga akan sama bentuknya dengan bentuk Adam, dengan tinggi enam puluh hasta. Manusia semakin lama semakin pendek setelah zaman Adam.
Bentuk tubuh mereka sangat harmonis dan hati mereka menyatu. Hati dan jiwa mereka suci dan bersih. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam memberikan gambaran tentang orang-orang ketika memasuki surga, termasuk suatu kelompok yang bercahaya laksana bulan purnama. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Bentuk mereka seperti bentuk bapak mereka, Adam, dengan tinggi enam puluh hasta.

Hal lain yang menambah keindahan tubuh mereka adalah bahwa tubuh mereka tidak berbulu, dan mata mereka seolah-olah dihiasi dengan celak (sifat mata). Umur mereka 33 tahun, saat manusia berada pada puncak kekuatan, vitalitas dan kepemudaannya. Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Mu’adz ibn Jabal bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam telah bersabda, “Penduduk surga akan masuk ke dalam surga tanpa bulu badan, mata mereka terlihat seolah-oleh memakai celak, dan usia mereka 33 tahun”.
Sebagai diceritakan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, orang-orang surga “tidak pernah meludah, buang ingus atau buang air”.

Para penghuni surga tidak pernah tidur. Jabir ibn ‘Abd Alloh dan ‘Abd Alloh ibn Abi Awfa meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Tidur adalah saudara kematian; penduduk surga tidak pernah tidur”.


Sumber : Ensiklopedia Kiamat, karya : Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar.