Senin, 26 September 2011

KESENANGAN DUNIA SEMENTARA, KENIKMATAN SURGA ABADI


Kesenangan dunia ini sifatnya sementara, karena kesenangan tersebut hanya dapat kita rasakan untuk waktu yang sangat pendek, berbeda dengan kenikmatan di akhirat yang tidak ada akhirnya :

Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal(QS. An-Nahl (16) : 96.

Sesungguhnya ini adala benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya (QS. Shadd (38) : 54).

Buahnya tak habis-habis dan (demikian pula) naungannya (QS. Ar-Ra’d (13) : 35).
Dalam ayat di bawah ini, Alloh member contoh tentang bagaimana cepatnya dunia akan berlalu :

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) : kehidupan dunia adalah bagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Alloh Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. Al-Kahfi (18) : 45-46).

Alloh menyamakan kehidupan di dunia dengan air hujan yang jatuh dari langit yang membuat tanaman-tanaman tumbuh, berbunga, dan menghasilkan buah. Tetapi, hal itu berlangsung singkat sebelum kesemuanya menjadi layu dan dihembus angin. Demikian pula dengan segala yang kita nikmati di dunia ini, seperti kemudaan, kekayaan, anak-anak, sawah, ladang dan perkebunan, semuanya akan berlalu dalam waktu singkat. Kemudaan, kesehatan dan vitalitas akan digantikan oleh penyakit dan ketuaan, kekayaan dan anak-anak bisa lenyap, seorang pria sewaktu-waktu bisa diambil dari keluarganya, tetapi kehidupan di akhirat tidak akan pernah lenyap dan berlalu :

“…..Dan sesungguhnya negeri akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yakni) surga ‘And yang mereka masuk ke dalamnya dan di bawahnya mengalir sungai-sungai…..” (QS. An-Nahl (16) : 30-31).


Sumber : Ensiklopedia Kiamat, Oleh : Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar