Senin, 26 September 2011

KESENANGAN DUNIA SEMENTARA, KENIKMATAN SURGA ABADI


Kesenangan dunia ini sifatnya sementara, karena kesenangan tersebut hanya dapat kita rasakan untuk waktu yang sangat pendek, berbeda dengan kenikmatan di akhirat yang tidak ada akhirnya :

Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal(QS. An-Nahl (16) : 96.

Sesungguhnya ini adala benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya (QS. Shadd (38) : 54).

Buahnya tak habis-habis dan (demikian pula) naungannya (QS. Ar-Ra’d (13) : 35).
Dalam ayat di bawah ini, Alloh member contoh tentang bagaimana cepatnya dunia akan berlalu :

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) : kehidupan dunia adalah bagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Alloh Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. Al-Kahfi (18) : 45-46).

Alloh menyamakan kehidupan di dunia dengan air hujan yang jatuh dari langit yang membuat tanaman-tanaman tumbuh, berbunga, dan menghasilkan buah. Tetapi, hal itu berlangsung singkat sebelum kesemuanya menjadi layu dan dihembus angin. Demikian pula dengan segala yang kita nikmati di dunia ini, seperti kemudaan, kekayaan, anak-anak, sawah, ladang dan perkebunan, semuanya akan berlalu dalam waktu singkat. Kemudaan, kesehatan dan vitalitas akan digantikan oleh penyakit dan ketuaan, kekayaan dan anak-anak bisa lenyap, seorang pria sewaktu-waktu bisa diambil dari keluarganya, tetapi kehidupan di akhirat tidak akan pernah lenyap dan berlalu :

“…..Dan sesungguhnya negeri akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yakni) surga ‘And yang mereka masuk ke dalamnya dan di bawahnya mengalir sungai-sungai…..” (QS. An-Nahl (16) : 30-31).


Sumber : Ensiklopedia Kiamat, Oleh : Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar.

Rabu, 14 September 2011

GAMBARAN MENGENAI PENDUDUK SURGA

Para penghuni surga akan memasuki surga dengan bentuk dan rupa yang paling sempurna dan paling tampan, dalam rupa seperti bapak mereka, Adam a.s., ketika memasuki surga, karena tidak ada manusia yang lebih sempurna dan lebih tampan dari Adam, yang diciptakan Alloh dengan perawakan yang sangat tinggi. Adam sama tingginya dengan sebuah pohon kurma yang besar, yakni setinggi enam puluh hasta. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Alloh telah menciptakan Adam dalam bentuknya tersendiri dengan tinggi enam puluh hasta…. Setiap orang yang memasuki surga akan sama bentuknya dengan bentuk Adam, dengan tinggi enam puluh hasta. Manusia semakin lama semakin pendek setelah zaman Adam.
Bentuk tubuh mereka sangat harmonis dan hati mereka menyatu. Hati dan jiwa mereka suci dan bersih. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam memberikan gambaran tentang orang-orang ketika memasuki surga, termasuk suatu kelompok yang bercahaya laksana bulan purnama. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Bentuk mereka seperti bentuk bapak mereka, Adam, dengan tinggi enam puluh hasta.

Hal lain yang menambah keindahan tubuh mereka adalah bahwa tubuh mereka tidak berbulu, dan mata mereka seolah-olah dihiasi dengan celak (sifat mata). Umur mereka 33 tahun, saat manusia berada pada puncak kekuatan, vitalitas dan kepemudaannya. Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Mu’adz ibn Jabal bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam telah bersabda, “Penduduk surga akan masuk ke dalam surga tanpa bulu badan, mata mereka terlihat seolah-oleh memakai celak, dan usia mereka 33 tahun”.
Sebagai diceritakan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, orang-orang surga “tidak pernah meludah, buang ingus atau buang air”.

Para penghuni surga tidak pernah tidur. Jabir ibn ‘Abd Alloh dan ‘Abd Alloh ibn Abi Awfa meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Tidur adalah saudara kematian; penduduk surga tidak pernah tidur”.


Sumber : Ensiklopedia Kiamat, karya : Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar.

Minggu, 14 Agustus 2011

PENDUDUK SURGA AKAN MEWARISI BAGIAN-BAGIAN SURGA YANG SEDIANYA AKAN DITEMPATI PENDUDUK NERAKA




Alloh telah memberikan dua tempat kepada setiap keturunan Adam : sebuah tempat di surga dan sebuah tempat di neraka. Orang-orang yang terjerumus ke dalam kekafiran dan kemusyrikan akan menempati tempat-tempat di neraka yang telah dialokasikan buat penduduk surga, dan tempat-tempat di surga yang sedianya diperuntukkan bagi penduduk neraka akan diberikan kepada para penduduk surga.

Setelah menjelaskan perbuatan-perbuatan baik yang dapat mengantarkan hamba-hambaNya ke surga, Alloh berfirman, “Mereka itulah para pewaris yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya (QS. Al-Mu’minum (23) : 10-11).

Dalam menafsirkan ayat di atas, Ibn Katsir mengatakan :

Ibn Abi Hatim mengatakan – dan ia mengutip sanad yang berasal dari Abu Hurairah-bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “tiada seorang pun di antara kalian yang tidak mempunyai dua tempat, satu di surga dan satu di neraka. Seorang mukmin akan dibuatkan sebuah rumah di surga, dan rumahnya di neraka akan dibongkar”. Sebuah riwayat yang sama diceritakan dari Said bin Jubair. Orang-orang mukmin akan mewarisi tempat orang-orang kafir, karena tempat-tempat tersebut diciptakan hanya bagi orang-orang yang menyembah Alloh dan tidak menyekutukanNya dengan yang lain, karena mereka (orang-orang mukmin) telah melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka, yakni menyembah Alloh, sedangkan orang-orang kafir meninggalkan kewajiban mereka. Dengan demikian, orang-orang mukmin memperoleh apa yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang kafir itu seandainya orang-orang kafir itu patuh kepada perintah Alloh, dan bahkan orang-orang mukmin akan mendapatkan lebih banyak lagi. Muslim meriwayatkan dari Abu Burdah dari Abu Musa bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Sebagian dari kalangan muslim akan datang pada hari kiamat dengan dosa sebesar gunung. Alloh akan memaafkannya dan akan memindahkan beban dosa itu kepada orang-orang Yahudi dan Kristen”. Menurut sebuah versi lain hadist ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Ketika hari kiamat tiba, Alloh akan menyediakan seorang Yahudi atau Kristen bagi setiap muslim, dan berkata, “Inilah tebusanmu dari neraka”. Hadist ini mencerminkan makna firman Alloh dalam kedua ayat berikut : “Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa” dan “Itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal perbuatan yang dahulu kalian kerjakan” (QS. Az-Zukhruf (43) : 72).



Sumber : Ensiklopedia Kiamat, Oleh : Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar.



Minggu, 07 Agustus 2011

JALAN KE SURGA PENUH ONAK DAN DURI




Surga itu sangat tinggi tempatnya dan untuk sampai ke taman-taman yang begitu tinggi dan mulia tersebut memerlukan usaha-usaha yang tidak sedikit. Jalan ke surga penuh dengan hal-hal yang berlawanan dengan keinginan dan kecenderungan hawa nafsu manusia. Untuk itu dibutuhkan tekad dan kemauan yang kuat. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda “Neraka diselubungi oleh syahwat, dan surga oleh kesulitan-kesulitan”. Versi Muslim “dikelilingi”, bukan “diselubungi”.

An-Nasa’I, Tirmidzi dan Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Ketika Alloh menciptakan surga, Ia mengatakan kepada Jibril, “Lihatlah surga”. Jibril pun pergi untuk melihatnya, lalu kembali dan berkata, “Mahabesar Engkau, tidak seorang pun yang akan mendengar tentang surga kecuali ia akan memasukinya”. Lalu Alloh mengelilingi dengan kesulitan-kesulitan dan berkata, “Pergi dan lihatlah surga”. Pergilah Jibril melihatnya, lalu ia kembali dan berkata “Mahabesar Engkau, aku khawatir bahwa tidak seorang pun akan memasukinya”.

Komentar an-Nawawi mengenai hadist yang pertama tadi :
“Ini sebuah contoh tentang kemampuan Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam berbicara dengan lancar dan ringkas dengan menggunakan kata-kata yang indah, di mana beliau memberikan analogi yang indah. Hadist ini berarti bahwa tidak satupun yang dapat membantu Anda sampai ke surga kecuali dengan melalui kesulitan-kesulitan, dan tidak satu pun yang akan mengantarkan Anda ke neraka kecuali hawa nafsu Anda. Keduanya (surga dan neraka) terselubung, dan barangsiapa dapat menguak selubung itu maka ia akan mencapai apa yang tersembunyi di balik selubung tersebut. Selubung yang menutupi surga dapat dikuak dengan melewati kesulitan-kesulitan, dan selubung yang menutupi neraka dapat dikuak dengan menuruti hawa nafsu. Kesulitan-kesulitan tersebut mencakup pelaksanaan shalat dengan konsisten sabar, menahan amarah, suka memaafkan, sabar, mau bersedekah, berlaku baik terhadap orang yang berlaku buruk terhadap Anda, mengekang hawa nafsu fisik, dan lain sebagainya.


Sumber : Ensiklopedia Kiamat, Oleh : Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar.

Rabu, 03 Agustus 2011

Alhamdulillah...(Laporan Foto Kegiatan Baksos 24 Juli 2011)

Admin memohon maaf dan memohon ampun pada Allohu ta'ala. Karena kesibukan, baik agenda pribadi ataupun yang lainnya.., kilas laporan acara baksos pada tanggal 24 Juli 2011 (kurang lebih 1 pekan yang lalu) baru bisa kami upload.

Tiada kata yang indah selain "Alhamdulillah" atas suksesnya acara pada hari itu. Semua atas pertolonganNya.., melalui kedermawanan donatur.., para relawan panitia..dan berbagai pihak yang mendukungnya yang tidak bisa kami sebut satu persatu. namun kami yakin Alloh Maha Pembalas atas semua usaha tersebut....

Jazakallahu...bagi semua pihak yang telah membantu..., berikut hasil rekamnya berupa foto-foto :


(Pembukaan oleh Ustadz Zam-zami dengan Pembacaan Kalam Ilahi)



(Ceramah Ramadhan oleh Ust. Sofyan)



(Penyuluhan Kesehatan oleh Herbalis : Ust. Safar)



(Sesi Sembako Murah, kurang lebih telah hadir warga kurang lebih 50 org )


(Segenap Panitia)

Setelah selesai acara, maka panitia melakukan makan siang bersama-sama sekaligus mengadakan rapat evaluasi...


dan alhamdulillah saldo dari hasil baksos akan kami gunakan untuk sumbangan anak yatim di pertengahan Ramadhan nanti insyaAlloh..

Selasa, 21 Juni 2011

INVESTASI AKHIRAT MENYAMBUT RAMADHAN






Alhamdulillah,...
insyaAllah Forsila Utama akan mengadakan baksos dan tarhib Ramadhan yang akan dilaksanakan di Kampung Pitara Rt. 006/07, Rangkepan Jaya, Pancoran Mas, Depok, pada tanggal 24 Juli 2011.

acara ini merupakan salah satu proker kami, salah satu proker "keluar", artinya sebagai bukti konstribusi dakwah dan kepedulian kami, yang tentunya dengan terus mengharap ridho dari Allahu ta'ala.

adapun acara ini kami kemas dalam 2 bentuk kegiatan : penjualan sembako murah (insyaAllah hingga di atas 50% dari harga pasar) dan kegiatan ceramah tarhib Ramadhan, sebagai bekal kita untuk menyambut bulan nan berkah itu.

maka tidak ada salahnya ketika kami beri tema "Nikmat dan Berkah Ukhuwah untuk menyambut bulan nan Indah".

harapan kami, bagi para donatur, bagi para pecinta jalan kedermawanan...
agar dapat membantu terselenggaranya acara ini...

peluang INVESTASI AKHIRAT MENYAMBUT RAMADHAN....
kami persembahkan untuk Anda...
mari kita dukung !!!

Kamis, 09 Juni 2011

ORANG PERTAMA YANG MASUK SYURGA

Orang pertama dari seluruh umat manusia yang hidup di dunia yang masuk syurga adalah nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam dan umat pertama yang akan masuk ke dalamnya adalah umatnya.

Ibnu Katsir mengutip sejumlah hadits yang menerangkan tentang hal ini. Antara lain, hadits yang diriwayatkan Muslim dan Anas bahwa Rasulullah telah bersabda “Aku adalah orang pertama yang mengetuk pintu-pintu syurga”.

Muslim juga meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Aku akan datang ke pintu surga dan meminta supaya pintu tersebut dibuka. Penjaga surga bertanya, “Siapakah engkau?” Aku berkata, “Muhammad”. Penjaga surga berkata lagi “Aku diperintah untuk tidak membuka pintu ini bagi siapa saja sebelum engkau”.

Bukhari, Muslim dan Nasa’I meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Kita adalah umat yang terakhir, tetapi kita adalah umat yang pertama pada hari pembangkitan nanti. Kita adalah yang pertama dari seluruh ummat manusia yang masuk syurga”.

Sumber : Ensiklopedia Kiamat, Karya : Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar

Senin, 28 Maret 2011

Jika Kalian Bersyukur, AKU Tambah NikmatKU Pada Kalian

Setan Membuka Hakikat Penting
Ketika diperintahkan Allah Ta’ala sujud kepada Nabi Adam Alaihis Salam, setan menolak melaksanakan perintah ini. Akibatnya, ia diusir, dimasukkan ke dalam jajaran makhluk terkutuk, dan diancam masuk neraka. Setan tidak hanya mendengar perintah pengusiran dirinya. Tapi, dengan sikap pongah, yang malah menunjukkan kebrengsekannya, ia berjanji akan menyesatkan anak keturunan Adam Alaihis Salam, yang menurutnya menjadi biang keladi pengusirannya dari surge. Setan berkata,

“Saya pasti (menghalang-halangi) mereka dari jalanMU yang lurus. Kemudian saya pasti mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”. (Al-A’raaf : 16-17).

Di sini, setan membuka hakikat penting yang tidak diketahui banyak orang, yaitu mayoritas besar manusia tidak bersyukur kepada Allah Ta’ala dan orang yang selamat di antara mereka adalah orang yang bersyukur.

Definisi Syukur

Kalimat “Syakarat Ad-Dabbatu”, maksudnya, unta itu gemuk. Unta dikatakan gemuk jika terlihat padanya tanda-tanda makanan yang telah dimakannya. Unta dikatakan syakur jika terlihat padanya kegemukan melebihi kadar porsi makanan yang telah dimakannya (Uddatu Ash-Shabirin, hal. 122 dan Madariju As-Salikin, hal. 384).


Hai Keluarga Dawud, Lakukan Syukur kepada Allah
Allah Ta’ala tidak berfirman kepada Nabi Dawud Alaihis Salam, “Ucapkanlah syukur kepada Allah”, namun berfirman, “Lakukanlah”. Ini menandaskan syukur tidak terealisir dengan sempurna, kecuali dengan mengamalkan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi laranganNya. Jadi syukur ialah realisasi ibadah itu sendiri. Ini tidak seperti dipahami sebagian besar orang bahwa syukur itu memuji Allah Ta’ala dengan lidah atau komat-kamit setelah shalat, atau setelah makan kenyang.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Menerjemahkan Syukur ke dalam tindakan Nyata
Aisyah Radhiyallahu Anha merasa heran dengan qiyamu lail Rasulullah. Beliau melakukannya hingga kedua kaki beliau bengkak. Dengan nada takjub dan penuh tanda tanya, Aisyah berkata : “Engkau masih berbuat seperti ini, padahal allah telah mengampuni dosa-dosa silammu dan dosa-dosamu pada masa mendatang”. Rasulullah bersabda :” Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?”. (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak memahami syukur sebatas pujian dengan lidah. Menurut beliau, syukur ialah upaya seluruh organ tubuh untuk mengerjakan apa saja yang diridhai pemberi nikmat (Allah).

Seluruh makna syukur ini dirangkum Ibnu Al Qayyim Rahimahullah dengan perkataannya, “Syukur ialah terlihatnya tanda-tanda nikmat Allah pada lidah hambaNya dalam bentuk pujian, di hatinya dalam bentuk cinta kepadaNya dan pada organ tubuh dalam bentuk taat dan tunduk”.
Bentuk konkrit syukur ialah lidah tidak menyanjung selain Allah Ta’ala dan di hati tidak ada kekasih kecuali Dia. Kalaupun seorang mencintai orang lain, ia mencintainya karena Allah. Lalu, cinta ini dialihkan ke organ tubuh, kemudian seluruh organ tubuh mengerjakan apa saja yang diperintahkan kekasih (Allah) dan menjauhi apa saja yang Dia larang. Itulah figure orang syukur sejati.

(Sumber : Taujih Ruhiyah 1, karya : Abdul Hamid Al-Bilali)

Minggu, 06 Maret 2011

AKU BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH (2)

Ah, Seandainya Kita Bersama Mereka
Sungguh berbahagia orang yang menerapkan makna hakiki tawakkal di seluruh aspek kehidupannya, karena ada berbagai kabar gembira untuknya :

1.Ia punya kans besar masuk kelompok tujuh puluh ribu orang yang masuk surge tanpa dihisab, seperti disebutkan di Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim serta ayat,
“Dan mereka bertawakkal kepada Tuhan mereka”. (Al-Anfal : 2).

2.Pengenalannya kepada Allah Ta’ala meningkat ketika ia merealisir nama dan sifat Allah Ta’ala, seperti Al-Qadir (MahaKuasa), Ar-Razzaq (Pemberi Rizki), Al-Muhyi (Dzat yang menghidupkan), Al-Mumit (Dzat yang mematikan), dan lain-lain. Ia pun makin dekat denganNya.

3.Ia tidak melakukan syirik dan tidak tertarik kepada apa saja selain Allah Ta’ala. Ia juga semakin mulia.

4.Ia makin ridho dengan takdir Allah Ta’ala. Inilah kepasrahan total hati kepadaNya.

5.Hatinya tidak ada lagi takut kepada makhluk. Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu, takutlah pada mereka, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah sebaik-baiknya Pelindung”. (Ali Imran : 173).

6.Ia semakin mendapatkan petunjuk, dilindungi dari hal-hal buruk, dan seluruh kebutuhannya dicukupi. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa ketika keluar rumah berkata, “Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepadaNya. Tidak ada daya dan upaya kecuali denganNya”., maka dikatakan kepadanya “Engkau mendapatkan petunjuk, dilindungi, dan dicukupi”. Setan berkata kepada setan lainnya, “Bagaimana engkau dapat menaklukkan orang yang telah mendapat petunjuk, dicukupi, dan dilindungi (Diriwayatkan At-Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani).

(Sumber : Taujih Ruhiyah 1, karya : Abdul Hamid Al-Bilali)

Minggu, 06 Februari 2011

AKU BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH (1)

Definisi Tawakkal
Tawakkal sering diucapkan banyak orang di setiap pagi dan moment. Tapi, sedikit dari mereka yang memahami maknanya. Lalu, di antara yang sedikit ini, sedikit pula yang menerapkannya dan merubahnya dari ungkapan kata menjadi realitas konkrit di kehidupannya bersama dirinya sendiri, Allah Ta’ala, dan manusia.
Tawakkal ialah Anda melimpahkan seluruh urusan Anda kepada Allah Ta’ala. Tawakkal juga berarti percaya kepada Allah Ta’ala, beriman kepada kemampuan, kekuatan dan ilmuNya. Jadi, tawakkal ialah bersandar secara total kepada Allah dan hasilnya ialah beriman secara nyata kepada sebagian nama dan sifatNya.

Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah berkata, “Tawakkal itu separoh agama dan separohnya lainnya ialah inabah (taubat). Agama itu ibadah dan isti’anah (minta pertolongan). Tawakkal ialah meminta pertolongan dan inabah adalah ibadah (Tahdzibu Madariji As-Salikin, hal 336).

Jika Anda minta pertolongan kepada Allah Ta’ala, itu berarti Anda mengakui diri Anda lemah dan bodoh, beriman kepada ilmu Allah dan kekuasaanNya. Lalu, Anda tunduk kepadaNya, minta pertolonganNya dan mencintaiNya. Itu semua makna ibadah.

Nabi Yusuf Alaihis Salam dan Dua Sahabatnya
Di tafsirnya yang bermutu, Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah menguatkan pendapat bahwa hukuman Allah Ta’ala kepada Nabi Yusuf Alaihis Salam, berupa mendekam beberapa tahun di penjara disebabkan beliau minta pertolongan kepada manusia, sebelum kepada Allah Ta’ala. Hal itu terjadi, saat Nabi Yusuf berkata kepada sahabatnya, yang beliau yakini akan bebas,
“Terangkan keadaanku pada tuanmu” (Yusuf : 42).

Yang dimaksud dengan kata tuanmu pada ayat itu ialah rajamu. Allah Ta’ala berfirman :
“Maka setan menjadikan lupa ingat Tuhannya (Yusuf : 42).

Maksudnya, setan membuat Nabi Yusuf Alaihis Salam lupa tidak minta pertolongan kepada Allah Ta’ala, dengan menyebut Tuhan hakikinya dan malah minta pertolongan kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman,
“karena itu, dia (Yusuf) berasa di penjara selama beberapa tahun. (Yusuf : 42).

Allah Ta’ala tidak rela seseorang minta pertolongan kepada selain Dia, karena selain Dia tidak punya daya dan upaya. Selain Dia, kendati punya kekuatan digdaya, kekuasaan tidak terbatas, dan persenjataan modern, namun tidak lebih dari salah seorang hambaNya, di mana seluruh gerakan, bisikan, dan keinginannya berada di bawah keinginan dan kekuasaan Allah Ta’ala.

Maryam Menggoyang Pohon Kurma
Kita kagum dengan firman Allah Ta’ala di surat Maryam,
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”. (Maryam : 25).

Bagaimana mungkin Maryam dalam kondisi nifas, lelah dan capek setelah melahirkan, hingga tidak dapat bergerak sedikitpun, tapi mampu menggoyang pohon kurma? Padahal, kita tahu pohon kurma itu pohon paling kokoh dan akar-akarnya paling kuat dibandingkan dengan akar-akar pohon yang lain? Selain itu, tandan pohon kurma, yang perlu digoyang agar kurmanya jatuh tentu tinggi sekali, hingga tidak mampu dijangkau oleh tangan? Bagaimana Maryam, yang notabene wanita yang di antara karakternya lemah, ditambah hamil, serta kondisi kejiwaannya tidak ideal ebab ia ketakutan dituduh pezina oleh keluarganya padahal ia orang suci, tapi ia sanggup menggoyang pohon kurma?
Itulah ketentuan Allah Ta’ala dalam mencurahkan tenaga, agar makna hakiki tawakkal terealisir dengan manis. Karena itu, orang yang bertawakkal kepada Allah harus mencurahkan tenaga dan berusaha. Inilah ketetapan Allah. Makna ini terlihat dengan jelas di banyak ayat Al-Qur’an dan sirah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kita lihat Allah berfirman :
“Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tapi Allah yang melempar (Al-Anfal : 17).

Itu terjadi setelah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengambil segenggam tanah dan melemparkannya ke wajah orang-orang kafir di salah satu perang. Lalu, tanah mengenai mata seluruh orang kafir dna menjadi salah satu sebab kemenangan kaum muslimin. Allah menghendaki sebab tersebut pada Rasulullah, yaitu melempar segenggam tanah, sedang pemberi kemenangan hakiki adalah Allah sendiri. Karena itu Allah tidak “memperhitungkan” lemparan Rasulullah dan menganggap “lemparanNya”. Sebab, setelah bertawakkal kepada Allah, Rasulullah tidak menambahkan sesuatu apapun pada usaha beliau. Hal yang sama terjadi pada tongkat Nabi Musa Alaihis Salam.

(Sumber : Taujih Ruhiyah 1, karya : Abdul Hamid Al-Bilali)

Selasa, 01 Februari 2011

PARA PECINTA WAKTU FAJAR (2)

Orang Yang Mengerjakan Shalat Shubuh dan Shalat Ashar Tidak Masuk Neraka
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan, siapa saja yang konsisten mengerjakan shalat shubuh dan shalat ashar, ia masuk surge dan dijauhkan dari neraka. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut,

“Siapa mengerjakan shalat Shubuh dan shalat Ashar, ia masuk surga”. (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,
“Siapapun yang mengerjakan shalat sebelum matahari terbit (shalat Shubuh) dan terbenam (shalat Ashar), maka tidak akan masuk neraka.” (Diriwayatkan Muslim).

Imam Al-Manawi berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi penekanan khusus pada shalat Shubuh dan shalat Ashar, karena punya nilai lebih dibandingkan shalat-shalat lainnya, atau karena disaksikan malaikat yang bertugas malam dan siang hari, atau karena kedua shalat itu sulit dikerjakan manusia, sebab waktu ashalat Ashar waktu sibuk sedang shalat Shubuh waktu sulit. Karenanya, barangsiapa memperhatikan kedua shalat itu, ia pasti memperhatikan shalat-shalat lainnya. Barangsiapa mengerjakan kedua shalat itu dengan konsisten, tentu ia lebih konsisten mengerjakan shalat-shalat lainnya dan ia nyaris tidak lalai. Jika ia seperti itu, dosa-dosanya diampuni dan ia masuk surga.
Kita amat prihatin pada orang-orang yang mengklaim dirinya dai yang berbaiat kepada Allah Ta’ala untuk mengemban amanah dakwah. Faktanya, mereka manusia paling malas mengerjakan shalat Shubuh berjamaah. Hati mereka terbiasa dengan kondisi seperti itu, lalu memandang diri mereka tidak bermasalah jika tidak mengerjakan shalat Shubuh berjamaah dan tidak menghisab diri mereka atas kelalaian ini. Bagaimana orang yangmempredikatkan dirinya dai yang mengajak kepada kebaikan, tapi ia punya jiwa yang tidak mengecam perilakunya yang tidak mengerjakan salah satu rukun Islam? Apakah ia tidak takut dicap sebagai orang munafik?.

Qur’anul Fajr
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan Shalat Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan.”(Al-Isra’:78).

Yang dimaksud dengan Qur’anul Fajr pada ayat di atas ialah shalat Fajar (Shubuh), yang disaksikan para malaikat. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ,

“Malaikat yang bertugas malam dan malaikat yang bertugas siang pergi secara bergantian kepada kalian. Mereka bertemu saat shalat Shubuh dan shalat Ashar. Malaikat yang bertugas malam naik, lalu ditanya Allah, padahal Dia lebih tahu daripada mereka, “Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hambaKu? Para malaikat yang bertugas malam menjawab,”Kami tinggalkan mereka sedang mengerjakan shalat dan datang lagi kepada mereka saat mereka mengerjakan shalat”. (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Betapa bahagianya orang mampu berjihad melawan dirinya, tidak menggubris kenikmatan dan kehangatan “ranjang”, serta melawan semua daya tarik yang menyeretnya ke “ranjang”, demi mendapatkan “cek” bersih dari sifat orang munafik, menjadi orang-orang yang layak menerima berita gembira Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan masuk surge, memperoleh kesaksian para malaikat dan pertanyaan Allah Ta’ala. Karena keagungan fajar, Allah bersumpah dengannya saat berfirman,

“Demi fajar. Dan malam yang sepuluh. (Al-Fajr : 1-2)

Fajar itu Standar Untuk Menilai Orang
Para sahabat Radhiyallahu Anhum menjadikan shalat jamaah Shubuh sebagai standar untuk menilai orang. Barangsiapa hadir di jamaah shalat Shubuh, mereka mempercayainya. Dan, barangsiapa tidak menghadirinya, mereka berburuk sangka padanya. Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata, “Jika kita tidak melihat seseorang di jama’ah shalat Shubuh dan Isya’, kita berburuk sangka padanya” (Shahih Ibnu Khuzaimah).

Apakah perkataan Ibnu Umar ini tidak mengguncang hati dai dewasa ini, membuat mereka berlomba dengan orang lain untuk menghirup udara pagi, menjadi orang-orang terdepan yang akan ditulis di buku para malaikat yang bertugas malam dan siang hari, serta menjadi pecinta-pecinta fajar?

(Sumber : Taujih Ruhiyah 1, karya : Abdul Hamid Al-Bilali)

Senin, 31 Januari 2011

PARA PECINTA WAKTU FAJAR (1)

Fajar simbol kemunculan semua kebaikan. Simbol kemenangan. Lambang kehidupan. Identitas masa muda. Bukti gerak dan dinamisme. Dalil kebenaran dan keadilan. Fajar terjadi pada waktu sangat hening. Selain itu, fajar merupakan saat-saat kebeningan, moment pembagian rizki, shalat Fajar (Shubuh) bukti nyata kuatnya iman dan kesuciannya dari kemunafikan, sebab waktu ituu saat serba sulit bagi jiwa manusia. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda di hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim,

“Shalat paling berat pelaksanaannya bagi orang-orang munafik ialah shalat Isya’ dan shalat Shubuh. Andai mereka tahu kebaikan pada keduanya, tentu mereka mengerjakannya kendati dengan merangkak”. (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Udara Pagi
Dr. Abdul Hamid Dayyab berkata, “Manfaat kesehatan yang diperoleh orang dengan bangun pagi banyak sekali. Di antaranya, gas O3 di udara sangat melimpah saat fajar, lalu berkurang sedikit demi sedikit, hingga habis ketika matahari terbit. Gas O3 punya pengaruh positif pada urat saraf, mengaktifkan kerja otak dan tulang. Ketika seseorang menghirup udara fajar yang dinamakan udara pagi, ia merasakan kenikmatan dan kesegaran tiada taranya di waktu mana pun, baik siang atau malam”.

Dua Raka’at Shalat Fajar
Dua raka’at shalat Fajar adalah shalat sunnah qabliyah (sebelum) shalat Shubuh. Shalat ini disukai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hingga beliau bersabda,

“Dua raka’at shalat Fajar lebih baik dari dunia dan seisinya”. (Diriwayatkan Muslim).

Jika dunia dan seisinyya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dua raka’at shalat sunnah Fajar (Shubuh) di mata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bagaimana dengan keutamaan shalat Shubuh itu sendiri?


(Sumber : Taujih Ruhiyah 1, karya : Abdul Hamid Al-Bilali)